Pertumbuhan dan perkembangan spiritual itu ibarat perjalanan tumbuh dan berkembang yang dimulai dari diri masing masing. Setiap pribadi memiliki keunikan yang beragam. Apabila spiritual diandaikan seperti perjalanan waktu, spiritual terus berputar dan tumbuh. Bagaimana mengamati detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, dst. Tumbuh berkembang berputar namun memiliki frekuensi tumbuh yang meluas kesegala arah vertical-horisontal, depan-belakang ,meluas perputarannya seperti ”SPIRAL” dan pendalaman kesadaran yang Mengerucut seperti “PYRAMID ” . Atau spiritual sekedar jarum jam yang berputar detik demi detik, siang dan malam ,yang akan terjerat dalam lingkaran tak berujung, tak bertepi, untuk tumbuh sekedar menjadi dirinya sendiri.
Dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan keagamaan, sangat bergantung kepada penghayatan keluarga terhadap norma-norma keagamaan dikeluarga individu; Artinya individu bukan akan mengalami perkembangan agama seperti yang diharapkan, dianjurkan dan diperintahkan oleh keluarga. Melainkan individu akan mengalami perkembangan itu menurut bagaimana keluarga berbuat tentang norma-norma keagamaan. Dalam hal ini individu akan mengalami Perasaan Keagamaandimana perasaan yang menyertai individu ketika menghayati hubungannya dengan Tuhan. Perasaan keagamaan termasuk bentuk perasaan yang luhur dalam jiwa manusia. Perasaan keagamaan menggerakkan hati manusia agar ia lebih banyak melakukan perbuatan yang baik.
Tahapan Perkembangan
- Perkembangan Spiritual pada Masa Infancy dan Early Childhood.
Perkembangan keagamaan anak dapat dipupuk oleh pendidikan anak dirumah. Penekanan yang diberikan pada kepatuhan terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum makan, sebelum tidur, dan orang tua menceritakan cerita-cerita tentang keagamaan, cenderung perkembangan keagamaannya lebih baik dibandingkan anak yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan beragama.
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau orangtuanya.
Anak mulai menaruh perhatian pada kegiatan keagaamaan yang dilakukan orang tuanya. Dalam hal ini perhatian yang anak tunjukan ialah untuk menirukan (imitation) kegiatan keagamaan yang dilakukan orang tuanya (observational learning), tetapi belum mampu mengartikan apa yang ia lakukan. Misalnya, anak akan menggoyangkan badan seperti orang yang berdzikir, apabila dilantunkan bacaan dzikir. Menirukan orang yang berdoa, mengangkat kedua tangannya seraya berdoa tetapi belum
mengartikannya. Pada masa ini pula rasa ingin tahu seorang anak berada pada posisi yang teratas .Rasa ingin tahu tentang keagamaanpun mulai muncul. Pada anak yang diberikan pembelajaran keagamaan dikeluarganya, seorang anak akan menanyakan hal-hal yang menyangkut keagamaan seperti : ”Siapakah Tuhan?”, “Di mana Surga itu?”, “Apakah Malaikat itu?” Belajar memahami proses keagamaan. Apabila suara adzan telah berkumandang, anak yang dibimbing keagamaannya akan mengambil posisi seperti orang yang melakukan Sholat dan menirukan gerakan shalat. Bagi anak yang sudah diajarkan berdoa, anak akan belajar menerapkan kegiatan berdoa dengan bimbingan orang tuanya tetapi tidak memahami untuk apa ia berdoa.
Beberapa kepercayaan anak-anak
- Tuhan adalah seseorang yang sangat besar, berpakaian putih, berwajah angker atau ramah dan berjanggut putih. Dia membalas mereka yang baik dan mengirimkan mereka ke Surga bila meninggal.
- Surga adalah tempat kediaman Tuhan ditengah awan, tempat orang memperoleh segala sesuatu yang mereka impikan.
- Neraka merupakn tempat dibawah bumi, tempat penderitaan abadi dan hukuman bagi mereka yang berkelakuan buruk semasa hidup.
- Orang yang baik hidupnya akan masuk Surga setelah meninggal dan menjadi malaikat, berjubah putih.
- Qur’an atau Sebuah buku yang ditulis Tuhan. Setiap kata dalam benar dan yang meragukan kebenarannya adalah dosa.
- Perkembangan Spiritual pada Anak Masa Sekolah (Middle Childhood)
Sejak pada masa anak telah dibiasakan hidup dalam suasana ketuhanan, tetapi mereka sendiri belum mampu menentukan sikapnya terhadap nilai-nilai keagamaan. Dalam masa sekolah, perasaan keagamaan masih dalam perkembangan yang agak lamban karena anak cenderung focus pada realitas sosialnya. Misalnya, anak yang mengikuti sekolah minggu anak tidak memperhatikan kegiatan keagamaannya melainkan lebih memperhatikan kesenangan bernyanyi bersama, berkumpul dengan teman, serta permainan-permainan yang diberikan.
Dalam sisi lain, peningkatan minat pada keagamaan sudah terjadi, tetapi masih belum bisa menentukan sikapnya terhadap nilai keagamaan. Contohnya, anak mulai melakukan kegiatan keagamaan seperti Sholat dan berdoa. Tetapi dalam hal ini tidak terlalu memahami makna dan berdoa. Anak mengartikan berdoa itu seperti “ritual meminta-minta”. Sebagai contoh, anak meminta berbagai barang dan mohon bantuan Tuhan dalam melakukan sesuatu yang menurut perasaan mereka tidak dapat mereka lakukan sendiri. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
Anak belum mampu menentukan jalan ketuhanan yang harus ia jalani, cenderung hanya meniru dan meyesuaikan diri dengan pandangan orang tuanya. Maksudnya, anak belum mengetahui kewajiban-kewajibannya sebagai pemeluk agama karena pada masa ini anak belum mampu berfikir abstrak.
- Perkembangan Spiritual Masa (Remaja)
Hal-hal yang religius sudah mulai diajarkan sejak kecil dilingkungan rumah tangga. Tanpa banyak mengalami kesulitan, anak-anak menerimanya saja karena mereka masih berfikir sederhana, tetapi bukan berarti bahwa kepercayaan dan ketakwaan anak terhadap Tuhan YME hanya bentukan lingkungan saja. Pendidikan ketuhanan akan mempertajam pandangan untuk melihat gejala-gejala pertama dari perkembangan religius yang sebenarnya.
Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain untuk panduan moral.
Pada masa remaja kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan YME dialami sendiri dengan sadar, misalnya waktu mengikuti upacara-upacara keagamaan yang membangkitkan suasana dan perasaan keagamaan itu.
Di masa remaja, segala sesuatu yang menyangkut ketuhanan masih perlu diterangkan. Misalnya, bagaimana bersikap yang baik dengan pemeluk agama yang lain. Bagaimana cara yang dibenarkan oleh Bimbingan orang tua serta tenaga pendidik masih diperlukan.
Mulai menerapkan nilai-nilai keagamaan yang telah ia dapatkan di masa kanak-kanak dan masa sekolah dan memahami untuk apa ia melakukan itu semua. Seperti, menerapkan doa sebelum dan sesudah makan serta memahami doa tersebut untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan YME.
Perlu digaris bawahi, semua perkembangan yang terjadi tergantung pengajaran keluarga terhadap norma-norma keagamaan. Untuk membuat pribadi individual yang religius.
- Perkembangan Spiritual Dewasa Muda (Early Adulthood)
Pada tahap ini individu mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan yang sudah mereka anut, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Maksudnya, individu mulai memikirkan kembali dan mulai memahami ajaran agama yang ia anut dari keluarga dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan lagi.
- Perkembangan Spiritual Dewasa Lanjut (Middle Adulthood)
Pada dewasa lanjut, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks (seakan-akan bertentangan tetapi tidak) dan kontradiksi (pertentangan) dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya. Mencoba lebih dekat dengan Tuhan. Mengartikan makna hidup yang dijalani dan mampu memandang kebenaran dan kesalahan dari berbagai sudut.
- Perkembangan Spiritual Usia Lanjut (Late Adulthood)
Pada tahap terakhir yang dapat dicapai ini, individu tidak lagi berpusat pada diri sendiri. Mungkin ia akan membagikan ilmu keagamaannya kepada orang lain walaupun sebatas kelompok kecil seperti keluarga. Hanya berminat pada satu komunitas. Misalnya kelompok mengaji. Individu yang sudah masuk masa ini mungkin memiliki keterbatasan pada motorik dan sensoriknya. Jadi , aktifitas kekelompokkannya mulai berkurang.
Memandang kehidupan dunia melalui pengalaman pribadinya. Semakin mendekatkan diri pada Tuhan karena usianya yang memasuki “usia kematian”. Walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan tidak sebanyak pada masa sebelumnya (penurunan fungsi fisik).
Daftar Pustaka
- B. Hurlock Elizabeth, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1989
- L. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
- Soetjiningsih, SpAk, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC, 1995
- Sujanto Agus, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 1996
lanjutkan kang.................
BalasHapus